Kamis, 07 April 2011

pai

Prinsip-Prinsip Pengembangan Iptek Dalam
Perspektif Islam
Oleh : T.Bahrun
A. Pendahuluan

Peradaban Islam dalam sejarahnya mengalami jatuh-bangun, berbagai peristiwa telah menghiasi perjalanannya. Meski demikian, orang tidak mudah untuk melupakan peradaban emas yang berhasil ditorehkannya untuk umat manusia ini. Pencerahan pun terjadi di segala bidang dan di seluruh dunia. Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah1.

Ilmu pengetauan dan teknologi yang menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsapun berkembang dengan pesat sebagai buah dari peradaban gemilang, dalam pandangan islam bahwa agama bukanlah sesuatu yang harus ditinggalkan akan tetapi harus digali dan dikaji sehinggan antara sebuah kemajuan atau hasil riset-riset ilmiah yang kembangkan seorang muslim tidak terjadi kontradiksi dengan nilai dan etika (agama) yang ada dalam masyarakat islam.
Masa Kejayaan Islam telah menjadi bukti sejarah bahwa dengan mengamalkan ajaran Al-Qur’an ummat Islam sendiri akan menikmati kemajuan peradaban dan kebudayaan diatas bumi ini di masa Kejayaan Islam Pertama, kepemimpinan Islam berada di tangan tokoh-tokoh yang setiap orang patuh sepenuhnya dan setia kepada Nabi Muhammad SAW, baik secara keimanan, perbuatan, akhlak, pendidikan, kesucian jiwa, keluhuran budi maupun kesempurnaan prilaku.
B. Pembahasan

Perang salib telah menjadi saksi bahwa kekuatan Islam adalah suatu keniscayaan dari kombinasi antara kekuatan agama dan kekuatan intelektual umat islam, yang mampu menggerakkan islam untuk tampil sebagai pemenang, yang selajutnya telah mengantarkan umat islam kedalam pencerahan ilmu, ini ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan sains (Teknologi) di dunia islam, berdirinya perpustakaan-perpustakaan yang besar dan mashur seperti Baitul Hikmah, Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia, merupakan perpustakaan yang sangat besar dan luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan berkembangnya budaya penerjemahan terhadap berbagai buku-buku yang berasal dari filosof-filosof Yunani, ini merupakan pencerahan awal didunia islam.2

Perang salib dua telah memberikan kemenangan pada pihak Kristen (Barat) Kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada awal abad ke-18. Umat Islam mulai merasa tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi setelah masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir. Saat itu Napoleon masuk dengan membawa mesin-mesin dan peralatan cetak, ditambah tenaga ahli.3

Buku-buku karya dan hasil adaptasi yang dilakukan oleh pemikir-pemikir Islam diterjemahkan kembali oleh bangsa eropa dan menjadi satu-satunya sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Seperti Buku al-Bashariyyat karya al-Hasan bin al-Haitsam diterjemahkan oleh Ghiteleon dari Polska. Gherardo dari Cremona menyebarkan ilmu falak yang hakiki dengan menerjemahkan asy-Syarh karya Jabir. Dan berabgai buku lainnya yang merupakan hasil pemikiran tokoh-tokoh islam.4
1. Sejarah Kegemilangan Iptek Islam di Masa Khilafah Abasiyyah

Kekhilafahan Abbasiyah dengan kegemilangan perkembangannya kini hanya tercatat dalam buku usang sejarah Islam. Tapi jangan khawatir, suatu hari Islam akan kembali jaya dan tugas kita semua untuk mewujudkannya. Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak kejayaan. Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhalifahan Islam. Tradisi keilmuan berkembang pesat.5

Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para Khalifah dan para pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya Khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Kekhalifahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M/132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as- Saffah (750-754) dan diakhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waktu yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, Kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam.6

Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia. Sebut saja, al-Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma). Ada Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur suhu udara. Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar Medis Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat.7

Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio hasil panen
gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1 sementara di
Eropa pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1.8

Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan- peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur Mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al- Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada.9
2. Barat Sebelum Islam Datang

Sebelum Islam datang, Eropa berada dalam Abad Kegelapan. Tak satu pun bidang ilmu yang maju, bahkan lebih percaya tahyul. Dalam bidang kedoteran, misalnya. Saat itu di Barat, jika ada orang gila, mereka akan menangkapnya kemudian menyayat kepalanya dengan salib. Di atas luka tersebut mereka akan menaburinya dengan garam. ”Jika orang tersebut berteriak kesakitan, orang Barat percaya bahwa itu adalah momen pertempuran orang gila itu dengan jin. Orang Barat percaya bahwa orang itu menjadi gila karena kerasukan setan.10

Pada abad ke-14, tentara Salib akhirnya terusir dari Timur Tengah dan membangkitkan kebanggaan bagi masyarakat Arab. Lain lagi pada masa pemerintahan dinasti Usmaniyah — di Barat disebut Ottoman — yang kekuatan militernya berhasil memperluas kekuasaan hingga ke Eropa, yaitu Wina hingga ke selatan Spanyol dan Perancis. Kekuatan militer laut Usmaniyah sangat ditakuti Barat saat itu, apalagi mereka menguasai Laut Tengah. Dinasti Abbasiyah jatuh setelah kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahannya diserang oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Di sisi lain, tradisi keilmuan itu kurang berkembang pada kekhalifahan Usmaniyah.11

Salah langkah diambil saat mereka mendukung Jerman dalam perang dunia pertama. Ketika Jerman kalah, secara otomatis Turki menjadi negara yang kalah perang sehingga akhirnya wilayah mereka dirampas Inggris dan Perancis.
3. Pandangan Islam terhadap IPTEK

Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.12

Peradaban Barat moderen dan postmodern saat ini memang memperlihatkan kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun karena kemajuan tersebut tidak seimbang, pincang, lebih mementingkan kesejahteraan material bagi sebagian individu dan sekelompok tertentu negara-negara maju saja dengan mengabaikan, bahkan menindas hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain serta orang lain yang lebih lemah kekuatan iptek, ekonomi dan militernya, maka kemajuan di Barat melahirkan penderitaan kolonialisme-imperialisme (penjajahan) di Dunia Timur & Selatan.13

Kemajuan Iptek di Barat, yang didominasi oleh pandangan dunia dan paradigma sains (Iptek) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung filsafat- ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnya juga telah melahirkan penderitaan dan ketidakbahagiaan psikologis/ruhaniah pada banyak manusia baik di Barat maupun di Timur.

Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Iptek yang lepas dari kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama.ini dapat terlihat dinegara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban. Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat
Kemaha Muliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.14

Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun islam memberikan pembatasan yang tegas dalam pengembangan ilmu pengetuhan dan teknologi tetap berada dalam koridor-koridor atau proinsip- prinsip dasar yang dibenarkan agama sehingga dalam mengembangkan IPTEK tidak bertentangan dengan ruh islam itu sendiri, diantaranya :
a. Etik, Moral.

Dalam pengembangan iptek diharapkan bahwa hasil pemikiran atau karya seseorang tidak menyalahi etika dan moral yang dianut oleh islam,dengan kata lain tetap mempertimbangkan sisi etika dan moral dalam setiap riset atau hasil riset tersebut.
b. Azas Manfaat.

Dalam setiap usaha yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang dijawab oleh IPTEK, islam mengharapkan memiliki manfaat bagi kehidupan manusia.
c. Azas Keseimbangan.

Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam atau lumrahnya potensi yang dapat diperbaharui tentu harus diseimbangkan antara pemanfaatan dan usaha untuk memperbaharui sumberdaya tersebut.
d. Tidak Bebas Nilai
Islam adalah agama yang mencintai ilmu pengetahuan, menganjurkan

setiap muslim untuk terus berkarya dan menggali sumber-sumber ilmu tanpa membatasi ras, bangsa dan budaya, disisi lain juga menekankan tentang usaha-usaha untuk mensterilkan setiap nilai atau temuan-temuan baru (Islamisasi) yang bukan berasal dari kalangan islam sendiri sehingga kemurnian islam tetap terjaga dan terpelihara dengan utuh.15

Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang ’materialisme’ dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana
ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat

Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Qur’an yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah.16

Bagi umat Islam, kedua-duanya (agama dan ilmu pengetahuan) adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda/sinyal) Ke-Maha-Kuasa-an dan Keagungan Allah SWT. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasulullah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu,akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.

Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan, dan ayat- ayat suci Tuhan (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAW — yang dipelajari melalui
agama,
adalah
sama-sama
ayat-ayat
(tanda-tanda

dan perwujudan/tajaliyat) Allah SWT, maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu Sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.
C. Kesimpulan
Diakui bahwa iptek, disatu sisi telah memberikan “berkah” dan anugrah
yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia. Namun di sisi lain, iptek t
endatangkan “petaka” yang pada gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang Iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia. Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan.

Di Eropa, sejak abad pertengahan, timbul konflik antara ilmu pengetahuan (sains) dan agama (gereja). Dalam konflik ini sains keluar sebagai pemenang, dan sejak itu sains melepaskan diri dari kontrol dan pengaruh agama, serta membangun wilayahnya sendiri secara otonom.

Kejayaan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang luar biasa. Bahkan Eropa pun seolah-olah tidak berdaya menghadapi kemajuan Islam terutama di bidang IPTEK. Walaupun pada akhirnya kejayaan Islam masa Dinasti Abbasiyah telah berakhir di zaman serba modern ini kemajuan IPTEK semakin sulit untuk dibendung. Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita.

Pengintegrasian antara nilai-nilai agama dan sains adalah mutlak dilakukan karena kemajuan tanpa nialai dan etika, hanya mengedepankan pemikiran adalah sesuatu yang pincang da akan melahirkan krisis dal kehidupan. Dalam tatanan sejarah islam penyatuan antara ilmu pengetahuan dan teknologi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar